A. Sekilas Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan
Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara
kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Dalam sejarah Islam, Kerajaan
Mataram Islam memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan
secara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Hal ini terlihat dari semangat
raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengIslamkan para penduduk
daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan
kebudayaan yang bercorak Islam di jawa. Dinasti Mataram
Islam sesungguhnya berawal dari keluarga petani, begitulah yang tertulis pada
Babad Tanah Jawi. Kisahnya Ki Gede
Pamanahan mendirikan desa kecil di Alas Mentaok (alas= hutan) yang kemudian
menjadi sebuah kota yang semakin ramai dan makmur hingga disebut Kota Gede
(kota besar). Disana lalu di bangun benteng dalam (cepuri) yangmengelilingi
kraton dan benteng luar (baluwarti) yang mengelilingi wilayah kota seluas ± 200
ha. Sisi luar kedua benteng ini juga di lengkapi dengan parit pertahanan yang
lebar seperti sungai.
Wilayah
kekuasaan Mataram mencapai Jawa Barat (kecuali Banten), Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sukadana (Kalimantan Selatan), Nusa Tenggara. Palembang dan Jambi
pun menyatakan vasal kepada Mataram.
B.
Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan
yang dianut Kerajaan mataram islam adalah sistem Dewa-Raja. Artinya pusat
kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada diri sultan. Seorang sultan atau raja
sering digambarkan memiliki sifat keramat, yang kebijaksanaannya terpacar dari
kejernihan air muka dan kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri
pada rakyat sekali seminggu di alun-alun istana.
Selain sultan,
pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang merupakan penghubung antara
raja dan rakyat. Selain itu ada pula panglima perang yang bergelar Kusumadayu,
serta perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara,
pejabat administrasi.
Raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan mataram islam:
1.
Panembahan
Senopati (1584-1601 M)
2.
Mas Jolang
atau Seda Ing Krapyak (1601- 1613 M)
3. Mas Rangsang
bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1646 M)
4. Amangkurat I
(1646- 1676 M)
5. Amangkurat
II dikenal juga sebagai Sunan Amral (1677- 1703 M)
6. Sunan Mas
atau Amangkurat III pada 1703 M)
7. Pangeran
Puger yang bergelar Paku Buwana I (1703-1719 M)
8. Amangkurat
IVdikenal sebagai Sunan Prabu (1719-1727 M)
9. Paku Buwana
II (1727-1749 M)
10. Paku Buwana III pada 1749 M
pengangkatannya dilakukan oleh VOC.
11. Sultan Agung.
C. Usaha-Usaha Mataram Islam Dalam
Perluasan Wilayah
Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Agung. Wilayah Mataram bertambah luas meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung di samping dikenal sebagai raaja juga
pemimpin agama. Kehidupan beragama mendapat perhatian dan pengembangan yang
sangat pesat. Sultan Agung dikenal juga sebagai pahlawan nasional karena
perannya dalam mengusir penjajah Belanda. Pengaruh Mataram saampai ke
Palembang, Jambi, Banjarmasin, dan ke timur sampai Gowa Makasar. Pengaruh ini
ditandai adanya hubungan kerja sama dan saling mengirim utusan antara
daerah-daerah tersebut dengan Mataram. Kemajuan yang dicapai pada masa
pemerintahan Sultan Agung meliputi kemajuan di bidang politik, ekonomi, sosial,
dan budaya.
· Bidang
Politik
Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam
Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan
Islam di Jawa. Usaha ini dimulai dengan menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan,
Sumenep, Sampang, Pasuruhan, kemudian Surabaya. Salah satu usahanya
mempersatukan kerajaan Islam di Pulau Jawa ini ada yang dilakukan dengan ikatan
perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati Surabaya Pangeran Pekik
dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu Wandansari.
Anti penjajah Belanda
.Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap
penjajah Belanda. Hal ini terbukti dengan dua kali menyerang Belanda ke
Batavia, yaitu yang pertama tahun 1628 dan yang kedua tahun 1629. Kedua
penyerangan ini mengalami kegagalan. Adapun penyebab kegagalannya, antara lain:
Ø Jarak yang terlalu jauh berakibat
mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka harus menempuh jalan kaki selama
satu bulan dengan medan yang sangat sulit.
Ø Kekurangan dukungan logistik
menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia menjadi lemah.
Ø Kalah dalam sistem persenjataan
dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang serba modern.
Ø Banyak prajurit Mataram yang
terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin memperlemah kekuatan.
Ø Portugis bersedia membantu Mataram
dengan menyerang Batavia lewat laut, sedangkan Mataram lewat darat. Ternyata
Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam menghadapai Belanda tanpa bantuan
Portugis.
Ø Kesalahan politik Sultan Agung yang
tidak mengadakan kerja sama dengan Banten dalam menyerang Belanda. Waktu itu
mereka saling bersaing.
Ø Sistem koordinasi yang kurang kompak
antara angkatan laut dengan angkatan darat. Ternyata angkatan laut mengadakan
penyerangan lebih awal sehingga rencana penyerangan Mataram ini diketahui
Belanda.
Ø Akibat penghianatan oleh salah
seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini diketahui Belanda sebelumnya.
· Bidang
Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal berikut
ini:
Ø Sebagai negara agraris, Mataram
mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan beberapa sungai di Jawa
sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk (transmigrasi)
dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan
usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
Ø Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di
pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan politik, tetapi juga kekuatan
ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak semata-mata tergantung ekonomi
agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.
· Bidang
Sosial Budaya
Ø Timbulnya
kebudayaan kejawen
Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara
kebudayaan asli Jawa dengan Islam. Misalnya upacara Grebeg yang semula
merupakan pemujaan roh nenek moyang. Kemudian, dilakukan dengan doa-doa agama
Islam. Saampai kini, di jawa kita kenal sebagai Grebeg Syawal, Grebeg Maulud
dan sebagainya.
Ø Perhitungan Tarikh Jawa
Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum
tahun 1633 M, Mataram menggunakan tarikh Hindu yang didasarkan peredaran
matahari (tarikh syamsiyah). Sejak tahun 1633 M (1555 Hindu), tarikh Hindu
diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah). Caranya,
tahun 1555 diteruskan tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh
komariah. Tahun perhitungan Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagai “tahun
Jawa”.
Ø Berkembangnya Kesusastraan Jawa
Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan
seni berkembang pesat, termasuk di dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan Agung
sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra Gending yang merupakan kitab
filsafat kehidupan dan kenegaraan. Kitab-kitab yang lain adalah Nitisruti,
Nitisastra, dan Astrabata. Kitab-kitab ini berisi tentang ajaran-ajaran budi
pekerti yang baik.
Pengaruh
Mataram mulai memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M.
Selanjutnya, Mataram pecah menjadi dua, sebagaimana isi Perjanian Giyanti
(1755) berikut:
· Mataram
Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku Buwono III
dengan pusat pemerintahan di Surakarta..
· Mataram
Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan Mangkubumi
yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya di
Yogyakarta.
Perkembangan
berikutnya, Kesunanan Surakarta pecah menjadi dua yaitu Kesunanan dan
Mangkunegaran (Perjanjian Salatiga 1757). Kesultanan Yogyakarta juga terbagi
atas Kesultanan dan Paku Alaman. Perpecahan ini terjadi karena campur tangan
Belanda dalam usahanya memperlemah kekuatan Mataram, sehingga mudah untuk di
kuasai.
C.
Keadaan
Ekonomi
Letak kerajaan Mataram di pedalaman,
maka Mataram berkembang sebagai kerajaan agraris yang menekankan dan
mengandalkan bidang pertanian. Sekalipun demikian kegiatan perdagangan tetap
diusahakan dan dipertahankan, karena Mataram juga menguasai daerah-daerah
pesisir jawa utara. Dalam bidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah
persawahan yang luas terutama di Jawa Tengah, yang daerahnya juga subur dengan
hasil utamanya adalah beras, di samping kayu, gula, kapas, kelapa dan palawija.
Sedangkan dalam bidang perdagangan, beras merupakan komoditi utama, bahkan
menjadi barang ekspor karena pada abad ke-17 Mataram menjadi pengekspor beras
paling besar pada saat itu. Dengan demikian kehidupan ekonomi Mataram
berkembang pesat karena didukung oleh hasil bumi Mataram yang besar.
D.
Keadaan Sosial
Sebagai
kerajaan yang bersifat agraris, masyarakat Mataram disusun berdasarkan sistem
feodal. Dengan sistem tersebut maka raja adalah pemilik tanah kerajaan beserta
isinya. Untuk melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh seperangkat pegawai
dan keluarga istana, yang mendapatkan upah atau gaji berupa tanah lungguh atau
tanah garapan. Tanah lungguh tersebut dikelola oleh kepala desa (bekel) dan
yang menggarapnya atau mengerjakannya adalah rakyat atau petani penggarap dengan
membayar pajak/sewa tanah. Dengan adanya sistem feodalisme tersebut,
menyebabkan lahirnya tuan-tuan tanah di Jawa yang sangat berkuasa terhadap
tanah-tanah yang dikuasainya. Sultan memiliki kedudukan yang tinggi juga
dikenal sebagai panatagama yaitu pengatur kehidupan keagamaan.
E.
Kebudayaan
Kerajaan Mataram Islam
Kebudayaan yang berkembang pesat
pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Hal ini
terlihat dari kreasi para seniman dalam pembuatan gapura, ukiran-ukiran di
istana maupun tempat ibadah. Contohnya
gapura Candi Bentar di makam Sunan Tembayat (Klaten) diperkirakan dibuat pada
masa Sultan Agung. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan
akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu,
perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup
terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam
dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.E. Contoh lain
adalah penggunaan kalender Jawa, adanya kitab filsafat sastra gending dan kitab
undang-undang yang disebut Surya Alam. Contoh-contoh tersebut merupakan hasil
karya dari Sultan Agung sendiri.
Hasil-hasil
kebudayaan kerajaan mataram islam:
F.
Peninggalan Kerajaan
Mataram Islam
o Sumber- Sumber Berita:
a. Babad Tanah Djawi
b. Babad Meinsma
c. Serat Kandha
d. Serat Centini
e. Serat Cabolek
f. Serat Dharma Wirayat
a. Babad Tanah Djawi
b. Babad Meinsma
c. Serat Kandha
d. Serat Centini
e. Serat Cabolek
f. Serat Dharma Wirayat
g. Serat Nitipraja
h. Babad Sangkala
i. Babad Sankalaniang Momana
j. Sadjarah Dalem
h. Babad Sangkala
i. Babad Sankalaniang Momana
j. Sadjarah Dalem
o
Seni dan Tradisi:
a. Sastra Ghending karya Sultan Agung
b. Tahun Saka
c. Kerajinan Perak
d. Kalang Obong
e. Kue Kipo
f. Pertapaan Kembang Lampir
a. Sastra Ghending karya Sultan Agung
b. Tahun Saka
c. Kerajinan Perak
d. Kalang Obong
e. Kue Kipo
f. Pertapaan Kembang Lampir
g. upacara kejawen
o Bangunan- Bangunan, Benda Pusaka, dan Lainnya:
a. Segara Wana dan Syuh Brata
b. Puing - puing / candi- candi Siwa dan Budha
a. Segara Wana dan Syuh Brata
b. Puing - puing / candi- candi Siwa dan Budha
c. Batu Datar di
Lipura yang tidak jauh di barat daya Yogyakarta
d. Baju “keramat” Kiai Gundil atau Kiai Antakusuma
e. Masjid Agung Negara
f. Masjid Jami Pakuncen
g. Gerbang Makam Kota Gede
h. Masjid Makam Kota Gede
i. Bangsal Duda
j. Rumah Kalang
k. Makam Raja- Raja Mataram di Imogiri
d. Baju “keramat” Kiai Gundil atau Kiai Antakusuma
e. Masjid Agung Negara
f. Masjid Jami Pakuncen
g. Gerbang Makam Kota Gede
h. Masjid Makam Kota Gede
i. Bangsal Duda
j. Rumah Kalang
k. Makam Raja- Raja Mataram di Imogiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar